My Diary.
to Share my Life Events

Tentang Cita-cita (Part I)

Tentang Cita-cita
Siapa bilang si pecundang ini tidak punya cita-cita?
Bahkan, cita-citanya mungkin melebihi cita-cita orang lain di bumi ini .
Apa saja?
---
Semua bermula dari keinginannya membuat orang lain bahagia. Berbuat hingga banyak orang lain tersenyum.
Malam itu di tengah gunung halimun yang masih asing bagi si pecundang baru. Dia beranikan diri menjadi seorang leader dalam team dan menjadi salah satu bagian dari pemegang obor. Jauh dari acara itu, si pecundang ini memang sudah memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
Setiap event Pramuka, dia selalu menjadi leader untuk team nya. Dan menjadi bagian dari inspirasi untuk kemenangan team nya.
Mimpinya adalah imajinasi yang cukup liar,.
Namun, Pramuka kelas 4 SD itu berakhir tragis, si pecundang harus pulang lebih dahulu karena sakit. Riwayat sakit masih menyertai dirinya rupanya.
Lalu, apakah mental kepemimpinan ikut sakit? Rupanya tidak, malam itu menjadi bagian penting untuk membuktikan bahwa pecundang itu adalah sebenarnya pecundang yang ingin menjadi bagian dari akibat bahagianya orang lain.
----
"Bodoh lu"
"Bego lu"
"Tolol lu"
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang, mengganggu imajinasi indah ku saat ini yang tengah mempersiapkan untuk mimpi tidur malam ini.
Setiap tidur, aku selalu memilih tema mimpi. Dan mimpi favoritku adalah berjumpa denganmu. Setidaknya aku bisa mengobati rindu di saat aku tidak sadar.
----
Terima kasih sudah menjadi bagian hidupku, dalam tidur yang tidak nyenyak.
Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author

Tempat tidur

Tempat Tidurku adalah petualangan ku
Malam dingin menggigit tulang rusukku, menghunjam ubun-ubun, dan menusuk sedikit pori-pori terbelalak.
Angin masih berhembus pelan, terkadang ia berhasil mendobrak celah kecil di bawah pintu, atau pentilasi di atas pintu. Nikmat memang.
Setiap akan tidur, aku pasti melakukan ritual ini. Mengingat masa, seharian. Dan kamu menjadi bagian dari ingatan itu. Bagaimana tidak, angin malam dan hujan menderas adalah bagian dari memori indah yang tak mungkin aku lupakan.
----
Banyak orang bicara soal aku si pecundang, biarlah. Mereka benar. Aku secara dzahir memang tampak pecundang. Aku tak kan mengklarifikasi ucapan itu. Tidak penting sama sekali.
Jika masih perlu aku bekerja di sini, aku lanjutkan dengan profesional.
Jika tidak, cukup ACC resign ku. Simple kan?
Jika mereka bertanya "emang mau kemana setelah ini?"
Hidup ini bukannya pengembaraan?
Mungkin, aku akan mencari jati diri,. Itu saja.
Aku tak memerlukan pembaca di blog ini. Cukup menjadi catatan untuk ku baca kembali.


Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author

Tetap saja tidak bisa !


Sudah segala cara ku lakukan untuk melupakannya, tapi yang ada malah kerinduan itu semakin dekat, lebih dekat dengan urat nadi. Lebih dekat, bahkan akan terus bersama dengan jiwa yang gundah, karena sudah tau akan berpisah. Berpisah karena dia sudah akan bersamanya, bersama seorang yang dicintainya. Sedang aku hanya akan menjadi sosok pengagum yang mencintainya, walau tangan terus bertepuk sunyi.

Sejak sabtu bersamanya itu, bermandi dalam kolam cinta, dan berguyur bersama pada jalan pulang, semua perjalanan itu rasanya tak indah bagimu, raut wajahmu mengatakan padaku, bahwa ada sedih membersamaimu, ada takut yang mengekangmu, aku tahu itu.
Sejak sabtu itu, aku takut tidur, aku takut jika kupejamkan mataku, ada wajah yang hilang dari pandanganku, ada rindu yang terbang meninggalkan fikiranku, aku takut ada senja yang pergi, berganti malam yang selalu membersamai kita. Ya, aku takut tidur, dan aku mengagumimu di setiap sudut waktu ku.

Aku hanya mencintai, dan tak berharap penuh agar kau pun mencintaiku. Seperti malam indah di café yang kamu menawarkan syisya kepadaku, kemudian ngobrol panjang di rumahmu, bermalam di kota tua, atau pertemuan pertama kita di tebet, yang menuai rindu teramat dalam dari sisa nasi goring yang kamu paksa untuk aku menghabiskannya. Dan terakhir, kamu ke rumahku, bersama ku memang, kita temui bersama umi dan abi ku, berharap kamu akan melihat aku dan keluargaku yang sebenarnya, seutuhnya, bukan lagi melalui cerita using yang pernah aku utarakan padamu, sebuah cerita hiperbola yang berlebihan.


Sabtu itu, aku harap akan menjadi titik awal kamu mengenalku, yang sebelumnya kamu hanya sebatas mengenalku biasa saja. Tak lebih. Tapi biarlah, lupakan saja. Toh aku bukan siapa – siapa, aku hanya seungguk manusia yang mengagumi mu. Mencintai mu yang tak pernah berbalas. Biarlah ia. 
Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author

Ingin kuhentikan kegilaan ini


Rasanya, ingin ku berlari sekencang-kencangnya, menjauh dari sekumpulan manusia, menyendiri di tengah malam yang gelap gulita, seorang diri. Namun, bayangan itu tetap membersamai, tampak begitu jelas pada bayang - bayang semu ingatan masa lalu. Sedangkan penyesalan tetap menjadi penyesalan, yang akhirnya dapat kutemukan.

Maafkan aku, karena mulai saat ini. Aku tak seperti dulu lagi, Aku ingin berubah, Hijrah. Kembalikan aku pada masa dimana aku mencintai agama ini, Bangga dengan identitasnya, kagum dengan sunnahnya, dan taat kepada perintahNya. Bantu aku.

Ingin kuhentikan kegilaan ini, walau berat dan sakit. biarlah, karena aku takut pada adzab di akhirat kelak, yang teramat menyiksa, dan berkepanjangan yang teramat lama.

Aku ingin menghentikan kegilaan ini. Dan kamu, pun demikian, mari bersama dalam HIJRAH ini.

Kita perbaiki diri, banyak belajar tentang aturan Allah untuk kita, hambaNya, baca kembali alQur'an dan sunnah, (Hadits).

Seperti konsep yang pernah aku sampaikan kepadamu, sebuah esensi hidup yang teratur, jelas dan terarah.

Jadi, maafkan aku jika tak seseru dulu, maafkan aku telah berbuat banyak salah, berbuat banyak menyakiti.

Sekali lagi, Kegilaan ini harus aku hentikan, dan kamu pun demikian.

Aku mencintai mu, inginkah kisah ali dan 'aisyah mengampirimu? maka hijrahlah bersamaku, kau disana dengan hijrahmu, dan aku di sini dengan hijrahku.


Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author

Malam Panjang di Sepanjang Malam


Malam memang selalu memiliki cerita indah di baliknya, entah rembulan yang bercahaya menerangi gelapnya malam, atau bintang-bintang yang berkerlip menghiasi lukisan langit yang kontras oleh pekatnya, atau cahaya berhamburan dari hamparan bumi yang membentang, dan di sana, ada kisah yang tak pernah aku bisa melupakannya. Malam bahkan selalu mengingatkan aku pada kisah itu, kisah yang sejatinya ingin ku lupakan, entah sampai kapan.

Seperti malam ini, di antara cahaya yang saling berhamburan, di jalanan jalan Kh. Soleh iskandar, yang di sepanjang jalannya terdapat beberapa Universitas-universitas, dan aku diantaranya. 

masih menantikan akan kerinduan itu, menanti goresan yang sebenarnya tak kuharapkan, namun tetap saja ia selalu terbayangkan, menghantui setiap pandang mata. Ah, entahlah.
Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author

Sekilas Memandangi (Cerbung)

Sekilas memandangi


Bunga-bunga ditaman, rerumputan hijau tertata rapi diantara semak-semak yang berjajar rapi, dan rerimbunan pohon yang saling bergesekan diantara batang-batang ketika angin menerpa, hingga menghasilkan suara merdu bak seruling di tengah ketenangan alam yang indah. Sudah beberapa jam aku duduk disini, di bawah pohon rindang, beralaskan matras dan ditemani secangkir kopi juga sebuah laptop yang siap untuk ku tuangkan kata-kata dalam sebuah imajinasi baruku. Tapi entah, pemandangan di depaku seolah mengunci mata ku, keiindahan ini mampu membuat ku tak berkutik dalam decak kagum yang sangat luar biasa.

Sungguh, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir” tiba-tiba suara hati kembali terdengar, semakin membuat hati ini bergetar, sangat bergetar, bagaimana tidak? Aku kini tengah bersama alam yang indah, yang tak ada seorang makhluk pun dapat menyamainya. Sungguh aku teringat pada dosa-dosa masa lalu, yang berlimpah bak air dilautan.

Tiba-tiba seorang wanita cantik mengaburkan pandangku, ia datang menghampiri bak bidadari, tersenyum manis, tak ada kata-kata, hanya senyuman yang tampak dari wajah ayu nya. Jilbab lebarnya berkibar dihempas sang angin, lari kecilnya semakin melambat bersama dengan semakin dekatnya ia padaku. Tiba-tiba ia melemparkan dirinya tepat pada pangkuanku, Ah... sungguh bahagia daku bersamanya, “Maka Nikmat Tuhan mu yang mana lagi yang kamu dustakan” dan lagi-lagi suara hati itu kembali mengingatkan daku, sebuah nikmat yang kadang aku dustakan.

Ini adalah hari ke 2 setelah kami menikah, tak sangka orang yang aku tak kenal dan tak terbayangkan sebelumnya ini, kini ada di pelukanku. Wajahnya yang ayu membuatku seolah tak percaya, sungguh ini luar biasa, setiap menatap wajahnya, darahku seolah mengalir deras bebas, jantung seolah bergerak tak seperti biasanya, hanya kepada Allah aku dapat bersyukur atas nikmat ini.

“Adek, terimakasih telah bersedia menjadi bagian dari hidupku yang halal, dan bantulah aku untuk tetap bersyukur pada Allah.” Sebuah kalimat seketika berselancar dari lisan ku, dia hanya tersenyum memandangiku. “Sayang, berhentilah memanggilku adek, aku bukan adikmu to?” suara merdu itu kini ku dengar lagi, memecah kesunyian itu. Jujur, baru kali ini aku dihadapkan pada kenyataan seperti ini. Bersama seorang wanita, dan aku harus mengatakan Cinta atau Sayang padanya.

Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author

KISAH TERAKHIR



Aku tak ingin mendengar cerita sedikitpun dari perjalananmu kemarin ke pekalongan. Aku hanya ingin berpesan kepadamu, dan ini aku anggap sangat penting untuk disampaikan, terserah kamu akan menerimanya atau tidak.

Seperti yang pernah aku sampaikan di telpon itu kepadamu, malam saat kamu di bus menuju pekalongan.

Kamu itu wanita yang cantik, baik, dan tak acuh pada lelaki manapun. Wajar saja jikalau ada laki-laki yang tak bisa move on dari mu. Tapi tetap saja, sebuah komitmen harus di pertahankan, dan kesepakatan tak boleh di langgar. Aku hanya ingin berpesan, segeralah menikah. Jika kalian saling mencintai dan berniat serius untuk membangun mahligai keluarga yang indah, maka tak usahlah menunggu waktu hingga bertahun-tahun.  Belajar untuk saling menjaga, menjaga janji setia, menjaga untuk sebuah kehormatan jiwa, kehormatan diri seorang muslim dan muslimah. Belajarlah, karena semua itu butuh proses, dan tak ada yang tak mungkin, selagi mau berusaha untuk menjadi yang lebih baik.

Mulailah belajar untuk menjadi seorang ibu untuk anak-anakmu kelak, belajarlah untuk menjadi seorang yang berbeda seperti kemarin-kemarin. Karena ibu adalah sosok teladan yang bukan hanya dunia yang di ajarkan dan dicontohkan, tetapi kehidupan yang islami adalah sosok teladan yang di butuhkan.

Aku akan pergi sejenak, mempersiapkan untuk sesuatu yang aku tak pernah tahu pastinya. Esok adalah sesuatu yang ghaib, tak jelas, tetapi menyiapkan adalah suatu keharusan. Mungkin ini adalah kisah terakhir dari deretan kisah – kisah itu.  Tak ada kebencian terhadapmu, juga ingin melupakan, apalagi memutus tali silaturahim. Karena sejatinya aku takut pada ancaman Rasulullah shallallahu ‘Alaihi Wasallam perihal tentang orang-orang yang memutus tali silaturahim.

Jika kamu ingin terus menjumpai aku, silahkan buka blog. walau kisah kita berakhir di sini. Berat rasanya aku menulis semua ini. Tetapi, Belajarlah untuk menahan diri, bersikaplah layaknya seorang juwita yang kamu tahu harus bersikap seperti apa. Walau aku baru mengenalmu tak lebih dari dua bulan, tapi aku telah memahami kesemuanya tentang dirimu, tentang seorang wanita tangguh yang istimewa. Maka, teruslah menjadi wanita tangguh yang istimewa, juga sholihah. 

Terima kasih telah banyak memberiku seseuatu, entah itu kenangan indah, maupun sesuatu yang aku akan melihatnya. Sampaikan salamku padanya,  dan permohonan maaf yang teramat dalam. Aku hanya akan terus mendo’a, semoga Allah senantiasa menjaga kalian, memudahkan kalian untuk segera ke jenjang pernikahan.

Untuk baju yang kamu pesan dan bet, tenang saja. Jika sudah selesai, akan tiba di rumah mu. InsyaAllah.

Wassalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dari seorang yang fakir lagi kerdil,
Acep Saprudin.
Monday, September 19, 2016
08.03 PM
Achev Sjafruddin Achev Sjafruddin Author